Butuh tempat yang nyaman untuk menulis, butuh segelas coklat hangat untuk menulis, dan butuh kamu untuk temani aku menulis. (Hanya kalimat pertama untuk sekarang ini)
Menulis bagiku tidaklah mudah. Tapi cukup mudah menemukan inspirasi. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba bertemu inspirasi, ketika sedang menonton film, tiba-tiba bertemu inspirasi, ketika sedang bertemu orang tiba-tiba bertemu inspirasi. Kamu pun juga sama kan? bertemu dengan inspirasi di waktu yang unik dan di tempat yang unik.
Lalu, apa ya yang harusnya dilakukan ketika bertemu inspirasi?
Kalo aku boleh berandai, aku ingin inspirasi itu terekam secara otomatis seperti yang biasanya dilakukan sebuah kamera.
Bisakah?
Tidak untuk sekarang ini, inspirasi itu harus segera dicatat agar tidak terabaikan dengan kata 'nanti', 'nanti ah aku tulis di buku' 'nanti ah blabla', segala kata 'nanti' yang menghalangi.
Secepatnya inspirasi itu harus tertuang untuk direkam cepat-cepat, walaupun hanya dengan lewat poin-poin ataupun gambaran-gambaran abstrak yang kita buat.
Karena ... ada banyak orang yang secara tidak langsung kita ketahui mendapatkan inspirasi yang sama, tetapi dengan waktu yang berbeda, mungkin juga sama. (Labil mode on)
Menulis itu segala aktivitas yang sama seperti berbicara. Menulis dilakukan dengan sebuah pena maupun sebuah alat elektronik lainnya yang sudah canggih, sedang berbicara dilakukan dengan mulut, salah satu anggota tubuh manusia.
Menulislah selayaknya kita sedang berbicara. Dipikirkan, lalu diungkapkan, dengan melibatkan hati juga pikiran.
Tangerang, 09 Juli 2016
02:10 AM
Comments
Post a Comment