Minggu, 03 Juli 2016.
Aku pulang telat, sekitar jam 10 malam aku sampai di rumah, sepanjang perjalanan rasanya was-was takut dimarahin 'Bapak'. Karena bapak gak suka anak perempuannya keluar ataupun pulang malam.
Bapak selalu bilang 'Nanti apa kata tetangga?'
Dunia malam, memang tidak aku sukai, yang aku suka hanya Bintang yang menerangi gelapnya malam.
***
'Assalamu'alaikum'
'Dimarahin gak yaaa?' tanyaku dalam hati
'Wa'alaikumsalam' jawab Bapakku dengan senyuman manis sambil membukakan pintu untukku.
Deg!
'Loh motornya kemana?'
'Ditinggal di Rumah Sakit'
'Emang kamu habis darimana?'
'Dari Blabla' **
Tidak seperti biasanya Bapak dalam keadaan ekspresi seperti itu. Seperti beberapa tahun lalu aku pulang malam sekitar jam 11 malam dari party ulang tahun teman sekelasku, dan Beliau cuma bilang 'Lah Bapak kira kamu udah tidur'.
Kadang-kadang Beliau Aneh dan Lucu, disamping sifatnya yang tegas.
Aku pun keheranan, sambil mengoceh di dalam hati.
'Alhamdulillah, Kok gak dimarahin? ๐๐๐ Apa mungkin memang marah, tapi ekspresi di wajahnya diganti jadi lebih manis.'
15 menit kemudian ...
Aku istirahat sejenak karena perjalanan panjang yang aku lalui. Tidur-tiduran sambil ganti-ganti channel TV yang entah mau aku tonton atau tidak. Bapakku sepertinya menyadari aku yang sedang tidak ada kerjaan, dan beliau menyuruhku untuk membantunya membuat 'Ketupat Lebaran'. Ketupat Lebaran yang dikhususkan untuk dijual ke tetangga sebelah atau orang-orang.
Seketika aku diam. Bingung tidak karuan mau jawab apa.
'Pak, Anis kan gak bisa bikin Ketupat, waktu tahun kemarin udah nyoba bikin tetep gak bisa hehe Ajarin yaaa.'
'Yaudah, sini bapak ajarin. Ambil nih kulit ketupatnya, liatin bapak dulu gimana cara bikinnya.'
Aku mengangguk-angguk, tanda setuju dengan arahannya. Aku melihat dengan seksama anyaman untuk sebuah ketupat yang Bapakku tunjukkan.
'Nah, udah selesai. Giliran kamu coba.'
Aku memulainya, mencobanya, dan berkali-kali gagal di awal permulaan, berhasil di permulaan, lalu gagal lagi dan lagi di pertengahan.
'Kok susah ya pak?' aku mengeluh hampir tidak sabaran.
'Gak ada yang susah, kalo engga bisa dicoba lagi dicoba lagi, terus aja kaya gitu.' bapakku mencoba menyemangatiku.
Dan akhirnya aku geregetan sendiri, Bapakku terus memperhatikan aku menyelesaikan anyamanku. Mungkin, beliau sedikit tersenyum melihat tingkah laku anaknya. Padahal abang iparku hanya butuh dua kali menganyam sudah lancar jaya untuk anyaman berikutnya.
'Yeay, akhirnya Anis bisa pak.'
'Tuhkan. Ya, Alhamdulillah kalo udah bisa. Udah dapet berapa ketupatnya?'
'Sepuluh.' aku menjawabnya dengan sumringah karena terlalu senang atas hasil yang dibuat sendiri.
** Blabla: Sebuah kota yang aku samarkan namanya.
Note: Ketika lelah... Jangan mengeluh apalagi menyerah. Coba lagi, periksa dan perbaiki kesalahan. ๐๐๐
Semoga masih ada ketupat lebaran untuk lebaran di hari ketiga. ✌❤
Aku pulang telat, sekitar jam 10 malam aku sampai di rumah, sepanjang perjalanan rasanya was-was takut dimarahin 'Bapak'. Karena bapak gak suka anak perempuannya keluar ataupun pulang malam.
Bapak selalu bilang 'Nanti apa kata tetangga?'
Dunia malam, memang tidak aku sukai, yang aku suka hanya Bintang yang menerangi gelapnya malam.
***
'Assalamu'alaikum'
'Dimarahin gak yaaa?' tanyaku dalam hati
'Wa'alaikumsalam' jawab Bapakku dengan senyuman manis sambil membukakan pintu untukku.
Deg!
'Loh motornya kemana?'
'Ditinggal di Rumah Sakit'
'Emang kamu habis darimana?'
'Dari Blabla' **
Tidak seperti biasanya Bapak dalam keadaan ekspresi seperti itu. Seperti beberapa tahun lalu aku pulang malam sekitar jam 11 malam dari party ulang tahun teman sekelasku, dan Beliau cuma bilang 'Lah Bapak kira kamu udah tidur'.
Kadang-kadang Beliau Aneh dan Lucu, disamping sifatnya yang tegas.
Aku pun keheranan, sambil mengoceh di dalam hati.
'Alhamdulillah, Kok gak dimarahin? ๐๐๐ Apa mungkin memang marah, tapi ekspresi di wajahnya diganti jadi lebih manis.'
15 menit kemudian ...
Aku istirahat sejenak karena perjalanan panjang yang aku lalui. Tidur-tiduran sambil ganti-ganti channel TV yang entah mau aku tonton atau tidak. Bapakku sepertinya menyadari aku yang sedang tidak ada kerjaan, dan beliau menyuruhku untuk membantunya membuat 'Ketupat Lebaran'. Ketupat Lebaran yang dikhususkan untuk dijual ke tetangga sebelah atau orang-orang.
Seketika aku diam. Bingung tidak karuan mau jawab apa.
'Pak, Anis kan gak bisa bikin Ketupat, waktu tahun kemarin udah nyoba bikin tetep gak bisa hehe Ajarin yaaa.'
'Yaudah, sini bapak ajarin. Ambil nih kulit ketupatnya, liatin bapak dulu gimana cara bikinnya.'
Aku mengangguk-angguk, tanda setuju dengan arahannya. Aku melihat dengan seksama anyaman untuk sebuah ketupat yang Bapakku tunjukkan.
'Nah, udah selesai. Giliran kamu coba.'
Aku memulainya, mencobanya, dan berkali-kali gagal di awal permulaan, berhasil di permulaan, lalu gagal lagi dan lagi di pertengahan.
'Kok susah ya pak?' aku mengeluh hampir tidak sabaran.
'Gak ada yang susah, kalo engga bisa dicoba lagi dicoba lagi, terus aja kaya gitu.' bapakku mencoba menyemangatiku.
Dan akhirnya aku geregetan sendiri, Bapakku terus memperhatikan aku menyelesaikan anyamanku. Mungkin, beliau sedikit tersenyum melihat tingkah laku anaknya. Padahal abang iparku hanya butuh dua kali menganyam sudah lancar jaya untuk anyaman berikutnya.
'Yeay, akhirnya Anis bisa pak.'
'Tuhkan. Ya, Alhamdulillah kalo udah bisa. Udah dapet berapa ketupatnya?'
'Sepuluh.' aku menjawabnya dengan sumringah karena terlalu senang atas hasil yang dibuat sendiri.
** Blabla: Sebuah kota yang aku samarkan namanya.
Note: Ketika lelah... Jangan mengeluh apalagi menyerah. Coba lagi, periksa dan perbaiki kesalahan. ๐๐๐
Semoga masih ada ketupat lebaran untuk lebaran di hari ketiga. ✌❤
Comments
Post a Comment